BONE, Wacanakampus.com — Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Yayasan Pendidikan Indonesias atau STIE YAPI Bone menggelar
unjuk rasa di kampusnya yang terletak di Jalan M T Haryono, Watampone,
Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Kamis (5/7/2012), menolak kenaikan
harga satuan kredit semester.
Aksi yang dilakukan oleh puluhan mahasiswa ini kontan membuat aktivitas perkuliahan menjadi lumpuh. Pasalnya, selain menggelar orasi, para mahasiswa juga memasuki tiap ruangan sambil berteriak-teriak meminta pertanggungjawaban pihak kampus.
Aksi ini dipicu oleh tidak adanya kejelasan tentang rencana kenaikan harga yang sedianya Rp 10.000 per satu satuan kredit semester (SKS), tetapi belakangan mahasiswa yang sudah semester IV yang hanya memiliki 7 program mata kuliah juga diharuskan membayar Rp 100.000, sama rata.
"Ke mana lebihnya itu? Memang dianggap sedikit, tetapi kalau dikali berapa ribu mahasiswa sama dengan banyak," ujar Zulfikar, Koordinator Lapangan (Korlap), dalam orasinya.
Selain itu, mahasiswa juga mempertanyakan lokasi kampus yang terletak di kompleks pertokoan. Mahasiswa menilai, lokasi ini sangat tidak cocok untuk belajar. "Sebaiknya pihak kampus jangan tempatkan kami di sini, karena ini kan ruko, masa kami belajar di ruko? Kami juga ingin kejelasan mengenai akreditasi kampus ini," teriak Arjuna, salah seorang demonstran.
Setelah menggelar aksi unjuk rasa, para mahasiswa pun berdialog dengan pimpinan kampus. Pihak kampus mengaku menyambut baik tuntutan para mahasiswa ini. "Mengenai kelebihan pembayaran itu diperuntukkan untuk dana organisasi atau kelembagaan mahasiswa, dan hal ini kami sambut baik karena apa yang dilakukan adik-adik mahasiswa ini juga demi kepentingan kita bersama," kata Syahrir Pawerangi, Ketua STIE YAPI Bone.
Setelah berdialog dengan pihak birokrasi kampus, puluhan mahasiswa ini kemudian membubarkan diri dan selebihnya memilih masuk mengukuti ujian akhir.
Aksi yang dilakukan oleh puluhan mahasiswa ini kontan membuat aktivitas perkuliahan menjadi lumpuh. Pasalnya, selain menggelar orasi, para mahasiswa juga memasuki tiap ruangan sambil berteriak-teriak meminta pertanggungjawaban pihak kampus.
Aksi ini dipicu oleh tidak adanya kejelasan tentang rencana kenaikan harga yang sedianya Rp 10.000 per satu satuan kredit semester (SKS), tetapi belakangan mahasiswa yang sudah semester IV yang hanya memiliki 7 program mata kuliah juga diharuskan membayar Rp 100.000, sama rata.
"Ke mana lebihnya itu? Memang dianggap sedikit, tetapi kalau dikali berapa ribu mahasiswa sama dengan banyak," ujar Zulfikar, Koordinator Lapangan (Korlap), dalam orasinya.
Selain itu, mahasiswa juga mempertanyakan lokasi kampus yang terletak di kompleks pertokoan. Mahasiswa menilai, lokasi ini sangat tidak cocok untuk belajar. "Sebaiknya pihak kampus jangan tempatkan kami di sini, karena ini kan ruko, masa kami belajar di ruko? Kami juga ingin kejelasan mengenai akreditasi kampus ini," teriak Arjuna, salah seorang demonstran.
Setelah menggelar aksi unjuk rasa, para mahasiswa pun berdialog dengan pimpinan kampus. Pihak kampus mengaku menyambut baik tuntutan para mahasiswa ini. "Mengenai kelebihan pembayaran itu diperuntukkan untuk dana organisasi atau kelembagaan mahasiswa, dan hal ini kami sambut baik karena apa yang dilakukan adik-adik mahasiswa ini juga demi kepentingan kita bersama," kata Syahrir Pawerangi, Ketua STIE YAPI Bone.
Setelah berdialog dengan pihak birokrasi kampus, puluhan mahasiswa ini kemudian membubarkan diri dan selebihnya memilih masuk mengukuti ujian akhir.
KOMPAS.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !