WAKAnews, SOLO – Secara dormatif Perguruan Tinggi Agama Islam
(PTAI) harus menjadi bagian dari multikulturalisme. Islam sebagai dasar
pendirian adalah agama yang sangat terbuka terhadap keberagaman.
Artinya bila terdapat PTAI didominasi oleh satu suku atau pandangan agama atau satu tradisi akademik saja, maka berarti PTAI itu tidak memberi kontribusi bagi peradaban masa depan. Demikian ungkap Wakil Direktur Institute for Advanced Studies pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Fuad Jabali, di kampus IAIN Surakarta, di Solo, Jawa Tengah, belum lama ini.
“Karena itu, PTAI perlu diwacanakan agar menyediakan kursi untuk mengakomodasi mahasiswa non-muslim untuk belajar di IAIN atau UIN maupun Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,” ujarnya.
Selain non-muslim, menurut Fuad, PTAI juga musti mengakomodasi mahasiswa muslim yang tergabung dalam diferensi atau mazab tertentu untuk keberagaman. “Bila non-muslim saja diterima, maka muslim yang menganut faham atau mazab tertentu juga seharusnya diberi tempat,” ujarnya.
Fuad mengatakan bahwa PTAI adalah perguruan tinggi yang secara khusus menggeluti bidang ilmu agama. Keberadaan inilah justru menjadi sangat unik. Di satu sisi, PTAI mempresentasikan diri sebagai lembaga keilmuan. Sedang di sisi lain, hadir sebagai lembaga keagamaan.
Fuad mengimbuh, keberagaman agama lebih mudah dilakukan di tingkat PTAI. Sedang untuk menerima siswa non-muslim di pendidikan dasar atau menengah Islam dinilai jauh lebih sulit. (*)
Artinya bila terdapat PTAI didominasi oleh satu suku atau pandangan agama atau satu tradisi akademik saja, maka berarti PTAI itu tidak memberi kontribusi bagi peradaban masa depan. Demikian ungkap Wakil Direktur Institute for Advanced Studies pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Fuad Jabali, di kampus IAIN Surakarta, di Solo, Jawa Tengah, belum lama ini.
“Karena itu, PTAI perlu diwacanakan agar menyediakan kursi untuk mengakomodasi mahasiswa non-muslim untuk belajar di IAIN atau UIN maupun Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,” ujarnya.
Selain non-muslim, menurut Fuad, PTAI juga musti mengakomodasi mahasiswa muslim yang tergabung dalam diferensi atau mazab tertentu untuk keberagaman. “Bila non-muslim saja diterima, maka muslim yang menganut faham atau mazab tertentu juga seharusnya diberi tempat,” ujarnya.
Fuad mengatakan bahwa PTAI adalah perguruan tinggi yang secara khusus menggeluti bidang ilmu agama. Keberadaan inilah justru menjadi sangat unik. Di satu sisi, PTAI mempresentasikan diri sebagai lembaga keilmuan. Sedang di sisi lain, hadir sebagai lembaga keagamaan.
Fuad mengimbuh, keberagaman agama lebih mudah dilakukan di tingkat PTAI. Sedang untuk menerima siswa non-muslim di pendidikan dasar atau menengah Islam dinilai jauh lebih sulit. (*)
sumber : kampus.okezone.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !