WAKAnews, JAKARTA
- Pengamat pendidikan Arief Rachman mengatakan siswa harus punya
cita-cita paling lambat ketika duduk di kelas X Sekolah Menengah Atas
untuk menghadapi kurikulum pendidikan 2013 yang tidak ada penjurusan di
SMA. »Kurikulum baru, yang penting kelas X sudah punya cita-cita,” kata
Arief ketika dihubungi Senin, 10 Desember 2012.
Menurut Arief, metode pengajaran tanpa penjurusan sudah lazim
digunakan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Ini memudahkan
pelajar fokus pada pelajaran yang berkaitan dengan cita-cita di masa
depan. Apalagi, kata dia, metode ini bisa digunakan untuk mempersiapkan
para siswa untuk masuk ke perguruan tinggi.
»Misalnya, pengin masuk ke Ilmu Komunikasi, ia ambil mata pelajaran
IPS, kecuali Akuntansi,” kata guru yang juga pernah menjabat menjadi
Kepala Sekolah SMA Labschool ini.
Arif yakin siswa kelas X pasti sudah memiliki rancangan untuk masa
depannya. Kalau cita-citanya berubah, ia bisa memutar haluan dan
mengambil mata pelajaran lain di semester berikutnya.
Arief menuturkan, tugas guru dan orang tua juga bertambah dengan SMA
tanpa penjurusan ini. Mereka harus mendampingi dan mengarahkan kalau ada
pelajar yang belum mempunyai target. »Tapi saya yakin, anak SMA pasti
sudah punya cita-cita,” kata Arief.
Kurikulum baru 2013 turut mengubah sistem pendidikan untuk setingkat
sekolah menengah atas. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh,
pelajar SMA tidak lagi dibingungkan dengan adanya penjurusan Eksakta,
Sosial, maupun Bahasa. »Anak-anak akan dibebaskan memilih pelajaran yang
disukai,” kata Nuh ketika ditemui di kantornya, Kamis, pekan lalu.
Untuk Sekolah Menengah Atas, ada mata pelajaran wajib dan peminatan.
Untuk yang wajib ada sembilan seperti Pendidikan Agama, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Sejarah Indonesia, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, Seni Budaya, Prakarya dan Pendidikan
Jasmani.
Mata pelajaran peminatan terbagi menjadi empat yakni Sains
(Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia), Sosial (Geografi, Ekonomi,
Sejarah, Sosiologi dan Antropologi), Bahasa (Sastra Indonesia, Arab,
Inggris dan Sastra Mandarin). Ada juga mata pelajaran pilihan seperti
Literasi Media, Bahasa Lain, Teknologi Terapan, dan Pendalaman Minat
atau Lintas Minat.
Nuh menuturkan, setiap pelajar SMA wajib mengambil 40 jam pelajaran
dengan rincian 18 jam wajib, 16 jam peminatan, dan enam jam pelajaran
pilihan. Enam jam pilihan bisa mengambil pelajaran peminatan lain.
Sekolah bisa menawarkan pilihan lain maksimal empat jam pelajaran. (Abr/Tempo.com)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !