20 Paket Soal Untuk Cegah Kecurangan UN

WAKAnews, FAJAR -- Penggunaan hasil Ujian Nasional (UN) dan nilai rapor semester III, IV, dan V dalam penentuan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) undangan dapat menjadi dilema dalam penerapannya. Dilema terutama pada sekolah yang masih berupaya jujur dalam penentuan nilai siswanya berdasarkan kemampuannya.

Nilai rapor dan hasil UN masih rawan untuk dikatrol dengan berbagai cara agar dapat meloloskan siswanya masuk PTN. Memang, ada beberapa sekolah berupaya meningkatkan hasil ujian siswa melalui peningkatan kualitas belajar mengajar hingga penambahan jam pelajaran.

Namun, cerita kebocoran soal UN, mengatrol lebih tinggi nilai rapor, hingga adanya "tim khusus" pembuat jawaban soal UN, juga sudah seperti menjadi rahasia umum. Seolah menjadi aib bagi sekolah, bila banyak siswanya yang tidak lulus UN.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengantisipasi tidak murninya nilai UN dan rapor siswa dengan mengingatkan konsekuensi upaya mengatrol nilai siswa. Sekolah yang terbukti mengatrol nilai rapor siswa dilarang ikut SNMPTN jalur undangan selama tiga tahun berturut-turut.

Lantas, bagaimana peran pemerintah mengantisipasi kecurangan yang mungkin timbul dari pelaksanaan Ujian Nasional? Plt Kepala Dinas Pendidikan Sulsel, Abdullah Jabbar mengemukakan, setiap kelas yang terdiri dari 20 peserta ujian akan diberi 20 paket soal berbeda.

Artinya, setiap peserta ujian dalam satu kelas memiliki naskah soal yang berbeda. Penerapan aturan ini salah satu upaya mencegah kecurangan pelaksanaan UN agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sebagai kunci masuk ke PTN.

"Rencana menggunakan 20 paket soal di setiap ruang ujian masih draft dan masih dalam pembahasan agar hasil UN dan nilai rapor benar-benar dapat dipertanggungjawabkan sebagai syarat SNMPTN undangan. Nilai UN yang diperoleh harus betul-betul murni, bukan dikatrol," ujarnya. (Abr)