WACANAKAMPUS.com, MAKASSAR--Merespon
pesta demokrasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Nusa Tenggara
Timur (NTT) yang akan dihelat Maret mendatang, Gerakan Mahasiswa Nusa
Tenggara Timur (Gema NTT) kampus Yayasan Ujung Pandang (YPUP) Makassar
menggelar dialog akbar, Sabtu (12/1/13) pagi.
Bertempat di Balai Bahagia kampus YPUP Andi Tonro Makassar, seminar dan dialog yang bertema "NTT Mencari Solusi" itu dihadiri ratusan mahasiswa perwakilan organisasi daerah (organda) kecamatan dan kabupaten se-NTT yang ada di Makassar.
Bertempat di Balai Bahagia kampus YPUP Andi Tonro Makassar, seminar dan dialog yang bertema "NTT Mencari Solusi" itu dihadiri ratusan mahasiswa perwakilan organisasi daerah (organda) kecamatan dan kabupaten se-NTT yang ada di Makassar.
Dalam sambutannya di sesi pembukaan, ketua Gema NTT YPUP Makassar, Husni Usman, mengatakan bahwa dialog akbar ini dilaksanakan berangkat dari kegelisahan akan posisi NTT yang masih terbelakang hingga hari ini.
"Melalui dialog akbar ini setidaknya kita bisa sama-sama menyatukan langkah untuk turut mengambil bagian dan berkontribusi dalam mengakselerasi pembangunan NTT," ujar putra Flores Timur yang juga mahasiswa jurusan Matematika STKIP YPUP ini.
Hal yang setidaknya senada juga disampaikan oleh
penasehat Gema NTT Makassar, Ir Stephanus Suardi Hiong yang juga menjadi
salah satu pembicara pada sesi dialog.
Dalam sambutannya sebagai penasehat yang sekaligus membuka acara, putra campuran Maumere-Toraja yang kini menjadi legislator DPRD Kota Makassar ini mengapresiasi langkah yang diambil Gema NTT Makassar sebagai salah satu ikhtiar untuk sama-sama mencari solusi terhadap berbagai masalah yang membelit provinsi yang bertetangga dengan benua Australia itu.
"Untuk membangun NTT, dibutuhkan kesadaran dan kemauan kolektif kita semua. Masalah utama yang melilit NTT hari ini dan menjadi musuh kita semua adalah kemiskinan. Kita tidak membutuhkan orang banyak untuk sebuah perubahan. Dua-tiga orang saja sudah bisa membuat perubahan" kata legislator Makassar Fraksi PDIP ini.
Ia melanjutkan bahwa untuk menjadi agen perubahan yang bisa berkontribusi terhadap pembangunan NTT, setidaknya harus memiliki empat hal yaitu knowledge, life skill, spritiualitas, dan attitude.
Sebagai pembicara adalah penasehat Gema NTT YPUP Makassar sendiri, Ir Stephanus Suardi Hiong (legislator DPRD Kota Makasssar), Dr Pius Nalang S St MKes dan Dr Buhari Spd Mpd (akademisi) serta Sufirman (aktivis mahasiswa NTT Makassar).
Pada sesi seminar, Stephanus Suardi yang berbiara dari sudut pandang sistem tata kelola pemerintahan menjelaskan tentang ciri pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance) yang kurang dalam tata kelola pemerintahan NTT. Yakni akuntabiliats (accountability), transparansi (transparency), dan partisipasi publik (public participation).
"Pemerintahan
yang baik adalah pemerintahan yang bisa mengkomunikasikan visi dan misinya
dengan baik kepada rakyatnya. Juga pemerintahan yang kreatif dalam mengelola
segala sumber yang ada. Ini yang masih kurang di NTT", jelas
Stephanus.
Hal
yang hampir senada juga diuraikan oleh Dr Pius Nalang. Berbicara dari kacamata
akademisi, Direktur STIKES Gunung Sari Makassar ini menjelaskan bahwa sistem
dan tata kelola pemerintahan provinsi NTT tidak terlalu bagus.
"Padahal
hampir semua kabupaten di NTT itu daerah pertanian. Manggarai penghasil Coklat
(kakao) dan pisang, Bajawa penghasil Kopi, tapi tetap saja NTT
terbelakang. Mengapa ini terjadi? Ya karena sistem tata kelola pemrintahannya"
ujar Pius.
Dr
Buhari yang juga berbicara dari kacamata akademisi mengulas beberapa keunikan
NTT. Diantaranya adalah imej NTT sebagai sebuah provinsi yang terbelakang.
Padahal sejak jaman orde lama hingga orde baru jabatan Menteri Keuangan RI
dijabat orang NTT.
"Dalam
konteks kedaerahan, mungkin iya (NTT terbelakang), namun sebenarnya dalam
konteks nasional, banyak tokoh penting dari NTT", katanya.
Keunikan
berikutnya
adalah dalam hal pendidikan. Buhari menjelaskan bahwa dari sekitar
dua puluh ribu warga NTT yang ada di Makassar, mayoritas adalah
mahasiswa. Dengan biaya hidup standar Makassar hari ini, bisa dipastikan
bahwa uang yang beredar di Makassar dari mahasiswa NTT berada pada
kisaran sepuluh miliar lebih perbulan.
"Pertanyaannya adalah, mengapa uang sebanyak itu harus ke Makassar? Mengapa tidak ke NTT? Di
Makassar ini, banyak yayasan pendidikan yang didirikan oleh putra NTT.
Mengapa mereka tidak mendirikan perguruan tinggi di NTT saja?" ujar
Buhari dengan nada tanya.
"Banyak orang NTT yang berhasil di luar, namun NTT tetap terbelakang", lanjut Buhari.
Sufirman
yang berbicara mewakili aktivis mahasiswa NTT Makassar, menjelaskan
mengenai posisi provinsi NTT yang bakal menjadi daerah masadepan
Indonesia. Kekayaan
alam dan potensi sumber daya yang dimiliki NTT hari ini yang belum
digarap dengan optimal merupakan tabungan masa depan republik ini. Hal
ini seharusnya menjadi perhatian segenap komponen masyarakat NTT.
Hal
yang paling sederhana adalah dalam pemilihan jurusan kuliah di
Universitas atau perguruan tinggi.
Selama
ini, ada dua jurusan favorit yang menjadi idaman anak muda NTT ketika
kuliah khsususnya di Makassar. Yakni jurusan pendidikan guru dan
kesehatan. Padahal tantangan yang dihadapi oleh daerah NTT kedepan
adalah masa transformasi dari sebuah daerah agraris berubah menjadi
daerah industrialiasasi.
Tentu saja jika hal ini tidak diantisipasi dari
sekarang, maka kelak masyarakat NTT hanya akan menjadi penonton dari
perubahan daerahnya sendiri, karena tidak memiliki sumber daya manusia
di bidang lain selain guru dan kesehatan, kunci Firman.
Dalam
konteks pilgub NTT mendatang, aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Badko Sulawesi Selatan ini menyarankan agar masyarakat NTT memilih calon
pemimpin yang transformatif, yang berpihak pada kepentinga rakyat
kecil.
Selama kurang lebih tiga jam, seminar dan dialog yang di moderatori
oleh Karolus Widiyopu Deon Spd, berjalan lancar dan iteraktif.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !